Untuk menggerakkan perubahan kurikulum ke Output Based Eductaion (OBE) Fakultas Teknik menyelenggarakan agenda workshop. Acara ini dinamai Pelatihan “In House PRIORITIES” (Program for Redesigning and Implementing Outcomes Based Curriculum, Teaching-Learning-Assessment and Evaluating Systematically). Acara diselenggarakan di Hotel Mirah and Resort Ketapang Banyuwangi selama empat hari dari 21 sampai 24 November 2019. Pada pelatihan mengahadirkan tiga expert trainer: Dr Leni Sophia Helliani (UGM), Dr R. Haryo …. (ITS) dan Berlian Kusha….. (UII dan Sekjen IABEE Indonesia). Sedangkan dari Fakultas Teknik diundang semua koordinator Program Studi dan dua anggota Gugus Penjaminan Mutu Prodi, total ada 62 orang termasuk enam staf administrasi.
Acara ini dibuka pada pukul 10 pagi – tertunda dua jam, karena beberpa sebab – oleh Wakil Dekan I Fakultas Teknik dan diiringi doa oleh Bapak Satar. Pada sambutan pembukaan Pak Triwahju, yang mewakili Bu Dekan yag berhalangan hadir, berharap hasil dari pelatihan ini berupa kurikulum baru berbasis luaran (output) dapat disusun dan dapat dimplementasikan pada tahun ajaran baru 2020.
Pada hari pertama, penyajian materi disampaikan disampaikan sepenuhnya oleh Bu Leni dari UGM. Mulai dari memperkenalkan apa itu OBE dan IABEE (Indonesian Accreditation Board Engineering Education) sebuah badan independen sebagai penilai akreditasi bentukan Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Lembaga ini sudah diakui keberadannya oleh Kementerian yang mengurus masalah Pendidikan di Indonesaia untuk akreditasi internasional pada pendidikan teknik setingkat sarjana. Diperkenalkan juga dengan Washington Accord untuk standar internasional untuk graduate outcome atau yang diterjemahkan sebagai capaian pembelajaran lulusan (CPL) sarjana teknik secara internasional yang terdiri atas 12 poin. Kemudian bagaimana menyusun CPL tiap program studi menyesuaikan tujuan pendidikan nasional dan visi misi universitas, fakultas dan prodi. Dari CPL kemudian diturunkan menjadi capain pembelajaran mata kuliah (CPMK). Pertanyaaanya apa beda system OBE ini dengan kurikulum lainnya? Jawabannya adalah pada OBE semua yang ditarget menjadi capaian harus betul-betul ditelusur dan dicari metode pembelajaran dan penilaian (assessment) yang sesuai.
Pada hari kedua diisi oleh Dr R Haryo dari Fakultas Teknologi Kelautan ITS yang berdiskusi seputar assessment dalam system OBE. Pada OBE assessment tidak harus berupa UTS dan UAS namun ditentukan dan dipilih untuk menjamin bahwa luaran mata kuliah dapat tercapai. Seandainya menggunakan system ujian tulis semcam UTS dan UAS, maka soal harus dilengkapi dengan keterangan yang merujuk bahwa tiap nomor soal merujuk ke capaian pembelajaran yang mana.
Hari terakhir diisi oleh Bapak Berlian dengan materi akreditasi IABEE. Sebagai sekjen IABEE beliau menjelasakan bahwa jika kita mengajukan akreditasi internasional, misalnya ABET, maka lembaga tersebut akan mengarahkan ke IABEE karena keberdaan IABEE yang sudah diakui menjadi anggota lembaga kreditasi internasional. Pada kesempatan berikutnya juga diadakan presentasi dan diskusi atas hasil penyusunan CPL masing-masing program studi dan CPMK mewakili program studi juga. Banyak masukan dari sesi ini. Di antaranya dijelaskan bahwa untuk jenjang magister teknik belum ada standar yang baku secara internasional. Juga, keberadaan prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) yang mungkin tidak sesuai jiak mengikut stndar Washington Accord karena tuntutan luaran yang berbeda dari bidang engineering yang lain.
Acara ditutup dengan pemberian sertifikat penghragaan kepada para juara dengan berbagai kriteria oleh Trainer. Hampir semua prodi yang hadir mendapatkan juara sesuai keunggulan tugas karya yang ditugaskan. Mungkin ini sebagai gambaran bagaimana system OBE menghargai tiap individu secara special. Di natar pengharagaan adalah Prodi dengan Kategori Misi Paling Sesuai dengan Tupoksi : PS S1 Teknik Pertambangan. (Mahros D)