Meru Betiri Service Camp (MBSC) merupakan acara rutinan yang di adakan WIPAB (Wadah Informasi Pencinta Alam se – Besuki) yang telah diadakan selama 19 tahun. Pelatihan kader tersebut merupakan pelatihan dasar untuk mencetak kader muda konservasi. Bertepat di TN Meru Betiri, Bandialit. 16 – 20 maret atau selama empat hari tiga malam, mereka mendapatkan materi dan pelatihan. Mulai dari pengamatan burung, perhitungan karbon sapai materi baru untuk MBSC ke XIX yaitu Karnivor besar dan pemasangan Kamera trap. Antusiasme terasa sekali pada saat pendaftaran bahkan informasi dari panitia bendahara peserta yang mendaftar melebihi kuota yang akan di tampung. Lokasi camp dan pemberian materi peserta berdekatan dengan pantai yang membuat suasana pelatihan dan pemberian materi menjadi lebih nyaman.
Sebelumnya pelaksanaan MBSC bertempat di Sukamade. Merupakan salah satu destinasi wisata yang di unggulkan di TNMB. Ikon yang di gunakan pun merupakan binatang endemik atau yang sering di jumpai, penyu. Binatang yang terancam mengalami kepunahan. Sama halnya dengan harimau jawa (Panthera Tigris Sondaica) yang bahkan satusnya telah di nyatakan punah oleh Internatiaonal Union for Conservatoin of Nature (IUCN). Yang unik dari MBSC XIX adalah menggunakan ikon harimau jawa. Menurut Cak Giri yang merupakan pemateri karnivor besar, menolak punah atas harimau jawa. Karena berdasarkan hasil temuan jejak, feses dan cakaran masih di temukan. Indikasi indikasi tersebut yang meyakinkan Cak Giri untuk terus mencari eksistensi harimau jawa.
Meru Betiri Service Camp XIV 2018 juga menerapkan semangat militan dalam berkonservasi. Di sematkan juga dalam tema yang di berikan, yaitu “Hidup untuk konservasi, konservasi untuk hidup.” Era globalisai yang cukup berkembang pesat, daerah – daerah konservasi makin tergerus. Maka tugas – tugas kader muda meneruskan semangat konservasi yang telah di berikan sewaktu pelatihan. Memulai dengan hal kecil. Menggukan kotak makan pengganti bungkus plastic dan mengurangi penggunaan tisu.